Ilmu
Aljabar adalah cabang matematika yang menggunakan tanda-tanda dan
huruf-huruf untuk menggambarkan atau mewakili angka-angka. Kita sering
mempelajari, bahkan menerapkan ilmu aljabar tersebut, namun kita
barangkali tidak mengetahui sejarah dari ilmu aljabar itu sendiri. Tentu
kalian masih ingat pengerjaan soal matematika berikut:
Soal Pertama
4x + 12 = 20
4x = 20 – 12
4x = 8
x = 2
Soal Kedua
(x – 3) (x +4) = x2 + 4x – 3x – 12
= x2 + x - 12
Soal matematika di atas merupakan contoh salah satu cabang dari ilmu matematika yang disebut ilmu aljabar.
Ilmu
aljabar berasal dari zaman kuno. Penemuan akhir-akhir ini menunjukkan
bahwa Babilonia memecahkan permasalahan dengan menggunakan aljabar,
meski pun mereka tidak memiliki lambang untuk variabel-variabel. Mereka
hanya menggunakan kata-kata untuk menunjukkan bilangan yang belum
diketahui, dan karena alasan inilah maka aljabarnya disebut aljabar retorik.
Dari dokumen Mesir Kuno 1600SM, Atimes Papyres, seorang ahli matematika
memiliki sejumlah soal aljabar, di mana bilangan yang tidak di ketahui
di sebut hau yang berarti “sebuah tumpukan atau onggokan”.
Sebenarnya kata aljabar sendiri berasal dari judul sebuah kitab ‘Al-Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala’ ( "The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing"),
yang artinya “penempatan kembali” ditulis oleh Matematikawan Persia
Muhammad ibn Musa al-Kwarizmi yang hidup dalam abad IX Masehi. Kata
‘Al-Jabr’ sendiri sebenarnya berarti “penempatan kembali”
maksudnya pemindahan tanda negatif ke sisi lain dari suatu persamaan
untuk membuat menjadi positif. Ketika bangsa Arab dating ke Spanyol
mereka membawa serta kata-kata ini. Dari masa ke masa kata Al-Jabr
berubah menjadi “Aljabar”, dan kata itu telah diterapkan tidak hanya
pada satu macam pengerjaan hitung, melainkan juga diterapkan pada banyak
pengerjaan hitung yang tercakup dalam aljabar.
Sebelum
Diophantus, seorang ahli matematika Yunani yang hidup dalam abad III,
ilmu aljabar sedikit sekali mengalami kemajuan. Diophantus meringkas
soal-soal ke dalam persamaan-persamaan, dan menunjukkan bilangan
tersamar dengan sebuah lambing berupa huruf Yunani yaitu (siqma). Dia
juga memperkenalkan system yang menarik, dengan menggunakan singkatan
huruf pertama kata-katanya dan membuang kata yang tidak perlu. Sebagai
contoh, apabila kita menuliskan “Kuadrat tersamar minus bilangan sama dengan 20”.
Kemudian kita menggunakan huruf-huruf pertama dari kata-kata tersebut,
dan kata 20 diganti bilangan, sehingga diperoleh “KTMBTSD20”.
Pada
abad XVI Francois Vieta, seorang ahli matematika bangsa Prancis
menggunakan huruf vocal a, e, i, o dan u untuk menunjukkan bilangan
tersamar, sedangkan huruf konsonan b, c, d, f, g, dst digunakan untuk
menyatakan harga yang tetap dalam soal-soal yang ditentukan. Sedangkan
filosof besar Prancis dalam abad XVII, Rene Descartes mengemukakan
lambang aljabar yang dipergunakan sekarang. Menurut sistem ini, huruf a,
b, c, dan huruf-huruf lain yang berdekatan dengan huruf permulaan
alfabet menyatakan bilangan tetap, sedangkan huruf-huruf terakhir
alphabet yaitu x, y, z dan juga kadang –kadang w menyatakan bilangan
tersamar.
Setelah
simbol-simbol aljabar digunakan secara luas, ilmu aljabar berkembang
dengan cepat menjadi suatu perangkat kaidah-kaidah dan dalil yang
sistematis yang dapat diterapkan pada semua bilangan. Secara Garis besar
tahap-tahap perkembangan Aljabar simbolik adalah sebagai berikut:
- Aljabar Retorik (Rhetorical algebra), yang dikembangkan oleh bangsa Babilonia dan masih mendominasi sampai dengan abad ke-16;
- Aljabar yang dikontruksi secara Geometri, yang dikembangkan oleh Matematikawan Vedic India dan Yunani Kuno;
- Syncopated algebra, yang dikembangkan oleh Diophantus dan dalam ‘the Bakhshali Manuscript’; dan
- Aljabar simbolik (Symbolic algebra), yang titik puncaknya adalah pada karya Leibniz.
Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam kategori berikut ini:
- Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam simbol sebagai konstanta dan variabel, dan Aturan yang membangun ekspresi dan persamaan Matematika yang melibatkan simbol-simbol.(bidang ini juga mencakup materi yang biasanya diajarkan di sekolah menengah yaitu ‘Intermediate Algebra’ dan ‘college algebra’);
- Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Struktur Aljabar semacam Grup, Ring dan Medan (fields) yang di definisikan dan diajarkan secara aksiomatis;
- Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matriks);
- Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Struktur aljabar.
Referensi : Dihimpun dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar